KATA PENGANTAR
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Dengan
mengucapkan syukur Alhamdulillah,
penulis mohonkan kehadirat Allah Subhanahuwataala karena rahmat-Nya, penulis
mencoba menyusun suatu karya tulis dengan judul “Koloid” dalam rangka tugas Kimia.
Penulis
menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kesempurnaan di mana banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dan kejanggalan-kejanggalan disebabkan karena
keterbatasan waktu dan sumber bacaan maupun kemampuan dari penulis sendiri.
Selanjutnya
penulis mengharapkan bantuan dari berbagai pihak sehingga kesulitan-kesulitan
yang dijumpai dalam karya tulis ini dapat diatasi. Sehingga terwujudnya
penulisan karya ilmiah ini dengan sempurna sehingga tercapai apa yang
diharapkan dalam karya tulis ini.
Pada
kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan berupa pemikiran dan
saran-saran dalam penulisan karya tulis ini. Penulis sangat mengharapkan
saran-saran dan kritikan dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan karya tulis ini.
Kemudian
atas petunjuk, bimbingan serta bantuan yang telah diberikan sehingga selesainya
karya tulis ini semoga menjadi amal sholeh dan mendapat imbalan yang
berlipatganda dari Allah Subhanahuwatala,
amin ya Rabbal alamin.
Bukittinggi, 10 April 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Sistem koloid berhubungan dengan
proses – prose di alam yang mencakup berbagai bidang. Hal itu dapat kita
perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita makan (dalam
ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses
sehingga berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup
merupakan suatu koloid sehingga proses – proses dalam sel melibatkan sitem
koloid.
Dalam kehidupan sehari-hari ini,
sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat,
tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata atau homogen. Misalnya saja
saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk atau tepung susu bercampur secara
merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa dikonsumsi oleh orang,
mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es
agar tidak meleleh. Kesemuanya merupakan contoh koloid.
Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah, merupakan sistem koloid.
Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah, merupakan sistem koloid.
B.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui manfaat koloid dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Untuk memenuhi tugas pembuatan makalah
dalam mata pelajaran Kimia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian koloid, larutan, suspensi
Istilah Koloid diusulkan oleh Thomas Graham (1805 – 1896) dari Inggris
pada tahun 1861. Thomas mengamati bahwa zat seperti kanji, gelatin, getah dan
albumin berdifusi sangat lambat dan tidak menembus membrane tertentu. Kelompok
ini dinamainya KOLOID, yang berarti seperti lem (bahasa Yunani ; Kolla = lem ,
Oidos = seperti).
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua
fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran
koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain
(medium pendispersi/ pemecah). Dimana di antara campuran homogen dan heterogen
terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase)
peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang
memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut, contohnya larutan
gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah campuran yeng
memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya air dan
minyak, kemudian pasir dan semen.
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut
dan pelarut. Zat terlarut dinamakan juga dengan fasa terdispersi atau solut,
sedangkan zat pelarut disebut dengan fasa pendispersi atau solvent. Contohnya
larutan gula atau larutan garam.
Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri
dari partikel – partikel kecil padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair
atau gas. Misalnya, tepung beras dilarutkan dalam air dan dikocok dengan kuat;
Apabila campuran tersebut dibiarkan beberapa saat, campuran tersebut akan
mengendap ke bawah.
Ciri – ciri Larutan, Koloid dan
Suspensi :
1. Larutan (Dispersi Molekuler)
@ 1 fase
@ jernih / transparan
@ homogen
@ diameter partikel: <1 nm
@ tidak dapat disaring
@ tidak memisah jika didiamkan
@ 2 fase
@ keruh / tidak transparan
@ antara homogen dengan heterogen
@ diameter partikel: 1 nm<d<100 nm
@ tidak dapat disaring dengan penyaring biasa, melainkan dengan penyaring ultra
@ tidak memisahkan jika didiamkan
3. Suspensi(Dispersi Kasar)
@ 2 fase
@ keruh / tidak transparan
@ heterogen
@ diameter partikel: >100 nm
@ dapat disaring dengan kertas saring biasa
@ memisah jika didiamkanng dengan kertas saring biasa
@ memisah jika didiamkan
Contoh Larutan , Koloid, dan Suspensi :
1. Larutan
·
Larutan gula dalam air
·
Larutan garam dalam air
·
Larutan urea dalam air
·
Larutan cuka dalam air
2. Koloid
·
Campuran tepung
·
Kanji dengan air
·
Susu
·
Santan
·
Jelli
·
Selai
3. Suspensi
·
Campuran tepung beras dengan air
·
Campuran pasir dengan air
·
Campuran minyak dengan air
·
Air sungai yang keruh
B. Pengelompokkan Sistem Koloid
a. Berdasarkan Fase Terdispersi dan Fase Pendispersi
1. Sol →
sistem koloid dengan fase terdispersi padat dalam medium
pendispersi padat, cair atau
gas.
·
Sol padat : sol dengan fase terdispersinya padat
dan medium
pendispersinya padat.
Contoh : kaca berwarna, intan hitam,
dan logam campuran
·
Sol cair
: sol dengan fase terdispersinya padat dan medium
pendispersinya cair.
Contoh : cat, tinta, sol emas, tepung
dalam air, agar-agar, dan gelatin
·
Sol gas (aerosol gas) : sol dengan fase
terdispersi padat dan medium
pendispersinya gas.
Contoh : asap pembakaran, dan debu di
udara
2. Emulsi → sistem
koloid dengan fase terdispersi cair dalam medium
pendispersinya padat, cair dan gas.
·
Emulsi padat : emulsi dengan fase terdispersinya
cair dalam medium
pendispersi padat
Contoh : jelli, keju, margarin,
mentega, mutiara
·
Emulsi cair : emulsi dengan fase terdispersi
cair dan medium
pendispersi cair
Contoh : susu, mayones, lotion
·
Emulsi gas (aerosol cair) : emulsi dengan fase
terdispersi cair dan
medium
pendispersi gas
Contoh : awan, kabut, cat semprot
3. Buih → sistem koloid dengan fase terdispersi gas
dalam medium
pendispersinya padat atau cair
·
Buih padat : buih dengan terdispersi gas dalam
medium pendispersinya
Padat
Contoh : batu apung, marsmallow,
styrofoam
·
Emulsi cair (buih) : buih dengan fase
terdispersi gas dan medium
pendispersinya
cair
Contoh : busa sabun, krim kocok
b.
Berdasarkan Ion Teradsorpsi pada Partikel Koloid
1. Koloid Posotif → partikel koloid mengadsorpsi ion positif
Contoh : sol Fe(OH)2 dalam
air mengadsorpsi ion positif sehingga
bermuatan positif
2. Koloid Negatif → partikel koloid mengadsorpsi ion negatif
Contoh : sol As2O3 dalam
air mengadsorpsi ion negatif sehingga
bermuatan
negatif
c.
Berdasarkan Interaksi Zat Terdispersi dan Medium Pendispersi
1. Sol Liofil :
interaksi antara zat terdispersi dan medium pendispersi kuat,
sehingga zat terdispersi dapat menarik (mengikat) medium
pendispersi
Contoh : agar-agar, koloid kanji, cat,
lem, gelatin, santan dan tinta warna
2. Sol Liofob :
interaksi antara zat terdispersi dan medium pendispersi lemah,
sehingga zat terdispersi tidak dapat menarik (mengikat)
medium pendispersi
Contoh : sol emas, sol belerang, sol As2S3
dan sol Fe(OH)3
C. Sifat Koloid
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas
sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran
molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena
itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar.
Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak
akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan
dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai
partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
2.
Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel
koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak
beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan
melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat
senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair
dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi
di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan medium
pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan
tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut
berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka
tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang
terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat
gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati
dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat
padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi
suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki
partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3.
Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel
atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh
luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan
absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).
Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap
ion H+.
(ii) Koloid As2S3
bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
4.
Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid
yang berbeda muatan.
5.
Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid
lain dari proses koagulasi.
6.
Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini
disebut proses dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan
koloid melalui membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran
semi permeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid,
sehingga koloid dan cairan akan berpisah.
7. Sifat Listrik
v Elektroforesis
Elektroferesis
ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan
arus listrik.
v Elektroosmosis
Gerakan partikel koloid bermuatan melalui membran semipermiabel oleh
pengaruh medan listrik.
v Potensial aliran
(Kebalikan Elektroosmosis) partikel koloid dipaksa bergerak melalui membran
v Potensial sedimentasi
Partikel koloid bermuatan mengendap karena pengaruh perbedaan potensial
8. Kestabilan
Ditentukan oleh muatan listrik yang
dikandung partikel koloid
Terdapat
beberapa gaya pada sistem koloid yang menentukan kestabilan koloid:
a. Gaya tarik-menarik yang
menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul
membentuk agregat dan akhirnya mengendap
b. Gaya tolak-menolak terjadi karena
pertumpang tindihan lapisan ganda listrik yang
bermuatan sama dan membuat
dispersi koloid menjadi stabil
c. Gaya tarik-menarik antar partikel
koloid dengan fase pendispersinya.
D. Pembuatan Koloid
1.
Kondensasi
Kondensasi
adalah cara pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi partikel
koloid. Proses kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia; yaitu melalui
reaksi redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian pelarut.
kondensasi
|
|||
Prinsip :
|
Partikel Molekular
|
-------------->
|
Partikel Koloid
|
1) Reaksi Redoks
Contoh :
a. Pembuatan sol belerang dari
reaksi redoks antara gas H 2 S dengan larutan SO 2 .
Persamaan reaksinya:
2 H 2 S (g) + SO
2 (aq) →2 H 2 O (l) + 3 S (s)
b. Pembuatan sol emas dari
larutan AuCl 3 dengan larutan encer formalin (HCHO).
Persamaan reaksinya:
2 AuCl 3(aq) + 3 HCHO (aq)
+ 3H 2 O (l) → 2
Au (s) + 6HCl (aq) + 3 HCOOH (aq)
2) Reaksi Hidrolisis
Contoh :
Pembuatan sol Fe(OH) 3
dengan penguraian garam FeCl 3
Persamaan reaksinya adalah:
mengunakan air mendidih.
FeCl 3 (aq) + 3 H
2 O (l) →
Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq)
3) Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contoh :
a) Pembuatan sol As 2
S 3, dibuat dengan mengalirkan gas H 2 S dan asam arsenit
(H 3 AsO 3 ) yang encer.
Persamaan reaksinya:
2 H 3 AsO 3 (aq) + 3
H 2 S (g) → As
2 S 3 (s) + 6H 2 O (l)
b) Pembuatan sol AgCl dari
larutan AgNO 3 dengan larutan NaCl encer.
Persamaan reaksinya:
AgNO 3 (aq) + NaC1 (aq)
→ AgCl (s) + NaNO 3
(aq)
4) Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh :
Pembuatan sol belerang dari
larutan belerang dalam alkohol ditambah dengan air.
Persamaan reaksinya:
S (aq) + alkohol + air → S (s)
Larutan S sol belerang
2.
Dispersi
Dispersi
adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi). Pembuatan
koloid dengan dispersi meliputi: cara mekanik, peptisasi, busur Bredig, dan
ultrasonik.
1) Proses Mekanik
Proses
mekanik adalah proses pembuatan koloid melalui penggerusan atau penggilingan
(untuk zat padat) serta dengan pengadukan atau pengocokan (untuk zat cair).
Setelah diperoleh partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran koloid, kemudian
didispersikan ke dalam medium (pendispersinya). Contoh, pembuatan sol belerang.
2) Peptisasi
Peptisasi
adalah cara pembuatan koloid dengan menggunakan zat kimia (zat elektrolit)
untuk memecah partikel besar (kasar) menjadi partikel koloid. Contoh, proses
pencernaan makanan dengan enzim dan pembuatan sol belerang dari endapan nikel
sulfida, dengan mengalirkan gas asam sulfida.
3) Busur Bredig
Busur
Bredig ialah alat pemecah zat padatan (logam) menjadi partikel koloid
dengan menggunakan arus listrik tegangan tinggi. Caranya adalah dengan membuat
logam, yang hendak dibuat solnya, menjadi dua kawat yang berfungsi sebagai
elektrode yang dicelupkan ke dalam air; kemudian diberi loncatan listrik di
antara kedua ujung kawat. Logam sebagian akan meluruh ke dalam air sehingga
terbentuk sol logam. Contoh, pembuatan sol logam.
4) Suara Ultrasonik
Cara ini hampir
sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama untuk pembuatan sol logam. Ka1au
busur Bredig menggunakan arus listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik
menggunakan energi bunyi dengan frekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000
Hz.
E. Pemurnian Koloid
Seringkali
terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu pembuatan suatu
sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan atau dimurnikan
guna menjaga kestabilan koloid. Ada beberapa metode pemurnian yang dapat
digunakan, yaitu :
1.
Dialisis
Dialisis
adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada
permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel.
Pergerakan ion-ion dan molekul – molekul kecil melalui selaput semipermiabel
disebut dialysis. Suatu koloid biasanya bercampur dengan ion-ion pengganggu,
karena pertikel koloid memiliki sifat mengadsorbsi. Pemisahan ion penggangu
dapat dilakukan dengan memasukkan koloid ke dalam kertas/membran semipermiabel
(selofan), baru kemudian akan dialiri air yang mengalir. Karena diameter ion
pengganggu jauh lebih kecil daripada kolid, ion pengganggu akan merembes
melewati pori-pori kertas selofan, sedangkan partikel kolid akan tertinggal.
Proses
dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut dijadikan
dasar bagi pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi dialisator adalah
sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal
bersifat semipermiabel, selaput ginjal hanya dapat dilewati oleh air dan
molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan partikel-partikel kolid seperti
sel-sel darah merah.
2.
Elektrodialisis
Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di
bawah pengaruh medan listrik. Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan
melalui dua layer logam yang menyokong selaput semipermiabel. Sehingga
pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak
menuju elektrode dengan muatan berlawanan.Adanya pengaruh medan listrik akanmempercepat proses pemurnian sistem koloid. Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.
3. Penyaring
Ultra
Partikel-partikel
kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori kertas
saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut. Tetapi,
bila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran
pori-pori kertas akan sering berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi
tersebut disebut penyaring ultra.
Proses
pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi tekanan
harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel
koloid akan teringgal di kertas saring. Partikel-partikel kolid akan dapat
dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan penyaring ultra bertahap.
F.
Pemanfaatan Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Pemutihan
Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat
diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan
melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan
mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi
zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2. Penggumpalan
Darah
Darah
mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka,
maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang
mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut
membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses
penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
3.
Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena
itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar
partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara
menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+
yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid
Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ +
3H2O → Al(OH)3 +
3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan
muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi
koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang
juga mengendap karena pengaruh gravitasi.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Koloid adalah suatu campuran zat
heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat
yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di
dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah).
Larutan adalah campuran homogen
antara zat terlarut dan pelarut.
Suspensi adalah campuran heterogen
yang terdiri dari partikel – partikel kecil padat atau cair yang terdispersi
dalam zat cair atau gas.
Koloid dapat dikelompokkan
berdasarkan:
·
Fase
Terdispersi dan Fase Pendispersi
·
Ion
Teradsorpsi pada Partikel Koloid
·
Interaksi
Zat Terdispersi dan Medium Pendispersi
Koloid juga bisa dibuat berdasarkan
metode kondensasi dan Dispersi.
Selain itu, Koloid juga bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam :
·
Pemutihan
Gula
·
Penggumpalan
darah
·
Penjernihan
air
Tidak ada komentar:
Posting Komentar