Sabtu, 12 Mei 2012

KOLOID


KATA PENGANTAR
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
              Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, penulis mohonkan kehadirat Allah Subhanahuwataala karena rahmat-Nya, penulis mencoba menyusun suatu karya tulis dengan judul “Koloid” dalam rangka tugas Kimia.
              Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kesempurnaan di mana banyak terdapat kekurangan-kekurangan dan kejanggalan-kejanggalan disebabkan karena keterbatasan waktu dan sumber bacaan maupun kemampuan dari penulis sendiri.
              Selanjutnya penulis mengharapkan bantuan dari berbagai pihak sehingga kesulitan-kesulitan yang dijumpai dalam karya tulis ini dapat diatasi. Sehingga terwujudnya penulisan karya ilmiah ini dengan sempurna sehingga tercapai apa yang diharapkan dalam karya tulis ini.  
              Pada kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan berupa pemikiran dan saran-saran dalam penulisan karya tulis ini. Penulis sangat mengharapkan saran-saran dan kritikan dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ini.
              Kemudian atas petunjuk, bimbingan serta bantuan yang telah diberikan sehingga selesainya karya tulis ini semoga menjadi amal sholeh dan mendapat imbalan yang berlipatganda dari Allah Subhanahuwatala, amin ya Rabbal alamin.
                                                                                                Bukittinggi,  10 April 2012
                                                                                                            Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Sistem koloid berhubungan dengan proses – prose di alam yang mencakup berbagai bidang. Hal itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup merupakan suatu koloid sehingga proses – proses dalam sel melibatkan sitem koloid.
Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata atau homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk atau tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa dikonsumsi oleh orang, mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Kesemuanya merupakan contoh koloid.
Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah, merupakan sistem koloid.
B.Tujuan Penulisan
1.         Untuk mengetahui manfaat koloid dalam kehidupan sehari-hari.
2.         Untuk memenuhi tugas pembuatan makalah dalam mata pelajaran Kimia.




 

BAB II
PEMBAHASAN

 A.Pengertian koloid, larutan, suspensi

            Istilah Koloid diusulkan oleh Thomas Graham (1805 – 1896) dari Inggris pada tahun 1861. Thomas mengamati bahwa zat seperti kanji, gelatin, getah dan albumin berdifusi sangat lambat dan tidak menembus membrane tertentu. Kelompok ini dinamainya KOLOID, yang berarti seperti lem (bahasa Yunani ; Kolla = lem , Oidos = seperti).
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Dimana di antara campuran homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen.
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dinamakan juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut dengan fasa pendispersi atau solvent. Contohnya larutan gula atau larutan garam.

Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel – partikel kecil padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas. Misalnya, tepung beras dilarutkan dalam air dan dikocok dengan kuat; Apabila campuran tersebut dibiarkan beberapa saat, campuran tersebut akan mengendap ke bawah.
Ciri – ciri Larutan, Koloid dan Suspensi :

1. Larutan (Dispersi Molekuler)
@ 1 fase
@ jernih / transparan
@ homogen
@ diameter partikel:  <1 nm
@ tidak dapat disaring
@ tidak memisah jika didiamkan

2.Koloid (Dispersi Koloid)
@ 2 fase
@ keruh / tidak transparan
@ antara homogen dengan heterogen
@ diameter partikel: 1 nm<d<100 nm
@ tidak dapat disaring dengan penyaring biasa, melainkan dengan penyaring ultra
@ tidak memisahkan jika didiamkan

3. Suspensi(Dispersi Kasar)
@ 2 fase
@ keruh / tidak transparan
@ heterogen
@ diameter partikel: >100 nm
@ dapat disaring dengan kertas saring biasa
@ memisah jika didiamkanng dengan kertas saring biasa
@ memisah jika didiamkan

Contoh Larutan , Koloid, dan Suspensi :
1. Larutan
·         Larutan gula dalam air
·         Larutan garam dalam air
·         Larutan urea dalam air
·         Larutan cuka dalam air
2. Koloid
·         Campuran tepung
·         Kanji dengan air
·         Susu
·         Santan
·         Jelli
·         Selai
3. Suspensi
·         Campuran tepung beras dengan air
·         Campuran pasir dengan air
·         Campuran minyak dengan air
·         Air sungai yang keruh



B. Pengelompokkan Sistem Koloid
            a. Berdasarkan Fase Terdispersi dan Fase Pendispersi
1. Sol    sistem koloid dengan fase terdispersi padat dalam medium
                  pendispersi padat, cair atau gas.

·         Sol padat : sol dengan fase terdispersinya padat dan medium     
                  pendispersinya padat.
Contoh : kaca berwarna, intan hitam, dan logam campuran
·         Sol cair    : sol dengan fase terdispersinya padat dan medium
                   pendispersinya cair.
Contoh : cat, tinta, sol emas, tepung dalam air, agar-agar, dan gelatin
·         Sol gas (aerosol gas) : sol dengan fase terdispersi padat dan medium
                                    pendispersinya gas.
Contoh : asap pembakaran, dan debu di udara

                        2. Emulsi → sistem koloid dengan fase terdispersi cair dalam medium
                                              pendispersinya padat, cair dan gas.

·         Emulsi padat : emulsi dengan fase terdispersinya cair dalam medium
                         pendispersi padat
Contoh : jelli, keju, margarin, mentega, mutiara
·         Emulsi cair : emulsi dengan fase terdispersi cair dan medium
                      pendispersi cair
Contoh : susu, mayones, lotion
·         Emulsi gas (aerosol cair) : emulsi dengan fase terdispersi cair dan    
                                            medium pendispersi gas
Contoh : awan, kabut, cat semprot

                        3. Buih  → sistem koloid dengan fase terdispersi gas dalam medium
                                            pendispersinya padat atau cair

·         Buih padat : buih dengan terdispersi gas dalam medium pendispersinya
                     Padat
Contoh : batu apung, marsmallow, styrofoam

·         Emulsi cair (buih) : buih dengan fase terdispersi gas dan medium
                                 pendispersinya cair
Contoh : busa sabun, krim kocok




            b. Berdasarkan Ion Teradsorpsi pada Partikel Koloid

                        1. Koloid Posotif  → partikel koloid mengadsorpsi ion positif
                                Contoh : sol Fe(OH)2 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga  
                                                bermuatan positif

                        2. Koloid Negatif  → partikel koloid mengadsorpsi ion negatif
                                Contoh : sol As2O3 dalam air mengadsorpsi ion negatif sehingga
                                               bermuatan negatif
                                               
            c. Berdasarkan Interaksi Zat Terdispersi dan Medium Pendispersi

                        1. Sol Liofil : interaksi antara zat terdispersi dan medium pendispersi kuat, 
                                               sehingga zat terdispersi dapat menarik (mengikat) medium
                                               pendispersi
                               Contoh : agar-agar, koloid kanji, cat, lem, gelatin, santan dan tinta warna
                        2. Sol Liofob : interaksi antara zat terdispersi dan medium pendispersi lemah,
                                                sehingga zat terdispersi tidak dapat menarik (mengikat)
                                                medium  pendispersi
                                Contoh : sol emas, sol belerang, sol As2S3 dan sol Fe(OH)3

C. Sifat Koloid

1.      Efek Tyndall

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

2.      Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

3.      Adsorpsi

Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).
Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
               (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.

4.      Koagulasi koloid

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.

5.      Koloid pelindung

Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.

6.      Dialisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.

7.      Sifat Listrik

v  Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik.
v  Elektroosmosis
Gerakan partikel koloid bermuatan melalui membran semipermiabel oleh pengaruh medan listrik.
v  Potensial aliran
(Kebalikan Elektroosmosis) partikel koloid dipaksa bergerak melalui membran
v  Potensial sedimentasi
Partikel koloid bermuatan mengendap karena pengaruh perbedaan potensial

8.      Kestabilan
Ditentukan oleh muatan listrik yang dikandung partikel koloid
Terdapat beberapa gaya pada sistem koloid yang menentukan kestabilan koloid:

            a. Gaya tarik-menarik yang menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul  
                membentuk  agregat dan akhirnya mengendap
            b. Gaya tolak-menolak terjadi karena pertumpang tindihan lapisan ganda listrik yang
                bermuatan sama dan membuat dispersi koloid menjadi stabil
            c. Gaya tarik-menarik antar partikel koloid dengan fase pendispersinya.

D. Pembuatan Koloid
            1. Kondensasi
Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi partikel koloid. Proses kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia; yaitu melalui reaksi redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian pelarut.


kondensasi

Prinsip :
Partikel Molekular
-------------->
Partikel Koloid

1) Reaksi Redoks
Contoh :
a. Pembuatan sol belerang dari reaksi redoks antara gas H 2 S dengan larutan SO 2 .
Persamaan reaksinya:
2 H 2 S (g) + SO 2 (aq) →2 H 2 O (l) + 3 S (s)
b. Pembuatan sol emas dari larutan AuCl 3 dengan larutan encer formalin (HCHO).
Persamaan reaksinya:
2 AuCl 3(aq) + 3 HCHO (aq) + 3H 2 O (l) 2 Au (s) + 6HCl (aq) + 3 HCOOH (aq)
2) Reaksi Hidrolisis
Contoh :
Pembuatan sol Fe(OH) 3 dengan penguraian garam FeCl 3
Persamaan reaksinya adalah: mengunakan air mendidih.
FeCl 3 (aq) + 3 H 2 O (l) Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq)
3) Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contoh :
a) Pembuatan sol As 2 S 3, dibuat dengan mengalirkan gas H 2 S dan asam arsenit (H 3 AsO 3 ) yang encer.
Persamaan reaksinya:
2 H 3 AsO 3 (aq) + 3 H 2 S (g) As 2 S 3 (s) + 6H 2 O (l)

b) Pembuatan sol AgCl dari larutan AgNO 3 dengan larutan NaCl encer.
Persamaan reaksinya:
AgNO 3 (aq) + NaC1 (aq) AgCl (s) + NaNO 3 (aq)

4) Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh :
Pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam alkohol ditambah dengan air.
Persamaan reaksinya:
S (aq) + alkohol + air S (s)   Larutan S sol belerang
2. Dispersi
Dispersi adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi). Pembuatan koloid dengan dispersi meliputi: cara mekanik, peptisasi, busur Bredig, dan ultrasonik.
1) Proses Mekanik
Proses mekanik adalah proses pembuatan koloid melalui penggerusan atau penggilingan (untuk zat padat) serta dengan pengadukan atau pengocokan (untuk zat cair). Setelah diperoleh partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran koloid, kemudian didispersikan ke dalam medium (pendispersinya). Contoh, pembuatan sol belerang.
2) Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan menggunakan zat kimia (zat elektrolit) untuk memecah partikel besar (kasar) menjadi partikel koloid. Contoh, proses pencernaan makanan dengan enzim dan pembuatan sol belerang dari endapan nikel sulfida, dengan mengalirkan gas asam sulfida.
3) Busur Bredig
Busur Bredig ialah alat pemecah zat padatan (logam) menjadi partikel koloid dengan menggunakan arus listrik tegangan tinggi. Caranya adalah dengan membuat logam, yang hendak dibuat solnya, menjadi dua kawat yang berfungsi sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam air; kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujung kawat. Logam sebagian akan meluruh ke dalam air sehingga terbentuk sol logam. Contoh, pembuatan sol logam.
4) Suara Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama untuk pembuatan sol logam. Ka1au busur Bredig menggunakan arus listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan frekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.

E. Pemurnian Koloid
Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu pembuatan suatu sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan atau dimurnikan guna menjaga kestabilan koloid. Ada beberapa metode pemurnian yang dapat digunakan, yaitu :

1. Dialisis

Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan molekul – molekul kecil melalui selaput semipermiabel disebut dialysis. Suatu koloid biasanya bercampur dengan ion-ion pengganggu, karena pertikel koloid memiliki sifat mengadsorbsi. Pemisahan ion penggangu dapat dilakukan dengan memasukkan koloid ke dalam kertas/membran semipermiabel (selofan), baru kemudian akan dialiri air yang mengalir. Karena diameter ion pengganggu jauh lebih kecil daripada kolid, ion pengganggu akan merembes melewati pori-pori kertas selofan, sedangkan partikel kolid akan tertinggal.

Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut dijadikan dasar bagi pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi dialisator adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal bersifat semipermiabel, selaput ginjal hanya dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan partikel-partikel kolid seperti sel-sel darah merah.

 
2. Elektrodialisis

Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh medan listrik. Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang menyokong selaput semipermiabel. Sehingga pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan.

Adanya pengaruh medan listrik akanmempercepat proses pemurnian sistem koloid. Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.



3. Penyaring Ultra

Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut. Tetapi, bila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan sering berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi tersebut disebut penyaring ultra.


Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di kertas saring. Partikel-partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan penyaring ultra bertahap.

F. Pemanfaatan Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari 
1.       Pemutihan Gula

                   Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.


2.       Penggumpalan Darah
           
           Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.

3.         Penjernihan Air

            Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+   +   3H2O    →    Al(OH)3   +      3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. 



 

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
            Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah).
            Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut.
            Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel – partikel kecil padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas.
            Koloid dapat dikelompokkan berdasarkan:
·         Fase Terdispersi dan Fase Pendispersi
·         Ion Teradsorpsi pada Partikel Koloid
·         Interaksi Zat Terdispersi dan Medium Pendispersi

            Koloid juga bisa dibuat berdasarkan metode kondensasi dan Dispersi.
            Selain itu, Koloid juga bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam :
·         Pemutihan Gula
·         Penggumpalan darah
·         Penjernihan air

Tidak ada komentar:

Posting Komentar